Rabu, 02 April 2008

Konflik Dalam Diri

Dalam kehidupan bersosial antara sesama makhluk yang berakal, pasti mengalami konflik yang terjadi. Baik hubungan dengan keluarga, teman, dan bahkan terhadap ruang lingkup yang kebih kompleks yaitu masyarakat.

Dalam kehidupan yang saya alami, banyak konflik yang terjadi dalam diri. Seperti konfik dengan keluarga yang berbentuk ketidak sesuaian pendapat antara orang tua dengan diri saya sendiri. Dalam masalah ini biasanya berbentuk ketidak sesuaian pendapat akan hal yang menyangkut keinginan. Terkadang orang tua tidak mengetahui keinginan yang sebenarnya dari seorang anak, itu yang dialami oleh saya sendiri. Ketidak sesuaian itu tidak saya luapkan dengan kata-kata, karena saya yakin bahwa orang tua megetahui lebih jauh akan pahit-manisnya kehidupan. Namun tidak saya pungkiri bahwa dalam hati yang paling dalam saya merasakan gejolak yang kuat.

Konflik tidak hanya dalam keluarga, dalam pergaulan sehari-hari yang pastinya melakukan interaksi antara satu dengan yang lainnya. Pengalaman memberikan saya pelajaran yang berharga. Pengalaman ini mengenai interaksi dengan sesama teman. Pernah sewaktu kali saya mempunya seorang teman yang sebenarnya dia itu satu kelas dengan saya sendiri, pada awalnya saya mempunyai hubungan yang baik dengannya. Namun masalah datang dengan sendirinya yang saya tidak pernah menyangka akan hal ini. Dan pada waktu setelah masalah itu datang, hubungan saya sangat tidak baik dengannya, malahan saya tidak pernah melakukan komunikasi apalagi interaksi dengannya meskipun saya satu kelas dengannya. Ketika itu saya sangat tertekan dengan kenyataan, setiap saya bertemu dengannya saya merasakan ketidak-nyamanan, entah itu di kelas ataupun di lingkungan. Saya juga merasa tertekan dengan hal ini, sewaktu-waktu saya merasa bahwa apa yang saya alami itu semuanya salah dan perlu diselesaikan. Karena saya dengannya tidak pernah melakukan komunikasi dan interaksi maka masalah ini berbuntut panjang. Hampir satu tahun saya mengalami konflik ini.

Pada sewaktu ketika, terdapat suatu pagelaran acara yang dilakukan disekolah yang melibatkan kelas saya sebagai panitia. Pada waktu itu pula saya merasa bingung karena saya ditempatkan dengan teman saya tersebut pada satu bagian yang sama yaitu bagian lapangan (set acara). Namun hal itu memberikan saya sebuah jawaban akan masalah yang saya alami dengan teman saya tersebut, bahwa dalam masalah apapun komunikasi dan interaksi yang baik mampu menyelesaikan masalah. setelah itu saya pun memulai hubungan baru dengannya, dan melupakan masalah yang lalu.

Setelah kejadian itu, saya pun mempunyai pelajaran yang sangat berharga yang tidak pernah akan saya lupakan, dan saya pun merasa bahwa apa yang saya alami sama dengan teman yang saya ceritakan tadi. Pengalaman adalah guru yang terbaik, maka sudah sesestinya dan kita sadari bahwa pengalaman dalah sesuatu yang berharga.

apar_2788@yahoo.com

Senin, 17 Maret 2008

Memotivasi Diri Dengan Musik

Banyak cara untuk memotivasi diri, memotivasi diri dalam hal agar kita semua tebebas dari rasa minder (malu) atau bahasa anak gaulnya yaitu kurang “PD”. Di antara banyaknya cara untuk menghilangkan rasa malu atau rasa minder, terdapat cara yang mudah namun mempunyai nilai yang positif (menurut pribadi saya), caranya yaitu dengan bermusik.

Terdapat kisah yang bersangkutan dengan perkembangan psikologi seseorang yang dipengaruhi oleh aktivitas bermain musik. Kisah ini adalah kisah seorang anak yang diwaktu masa pertumuhannya dihantui oleh rasa minder, anak itu bernama yudhi. Kisahnya dimulai pada waktu yudhi berada pada tingkat sekol ah dasar. Dahulu yudhi merasakan bahwa dirinya sangat tertutup, karena merasa bahwa dirinya tidak mempunyai keahlian, tidak seperti teman-temannya yang lain, yang mudah untuk bergaul dengan siapa pun, tidak untuk diri yudhi yang selalu menutup diri. Hal ini tidak hanya terjadi dalam pergaulannya sehari-hari, dalam ruang kelas pun yudhi tidak pernah untuk memunculkan dirinya. Oleh karena itu yudhi tidak mampu untuk berbuat apapun, yang ada hanya diam, diam, dan diam!!!!!!!!!!

Kemudian yudhi melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Yang pada waktu itu yudhi melanjutkan pendidikan ke sebuah pesantren di daerah Bogor. Karena pada waktu itu yudhi termasuk orang yang tertutup, maka dia mudah untuk tersinggung, penakut dan mudah untuk sakit hati. Setiap kali temannya atau siapa saja yang membuatnya tidak nyaman, pada saat itu juga yudhi merasakan tekanan batin yang sangat sakit. Maka dia sempat berontak dan tidak mau untuk meneruskan pendidikan. Alhamdulillah yudhi mempunyai orang tua dan seorang guru yang sangat mengerti akan dirinya, mereka selalu memberikannya motivasi baik berupa moril maupun materil yang membuat diri yudhi yakin dan kuat. Mereka melakukan pendekatan dan memberikan motivasi dengan kesabaran dan penuh dengan kasih sayang, sehingga yudhi pun menerima dan menjalankan apa yang disarankannya. Hasilnya pada waktu itu dia mulai merasakan bahwa apa yang ada pada dirinya itu semua salah, dan apabila dia tidak merubah gaya hidupnya maka dia tidak akan maju dan dirinya hanya diam, pemalu, dan penakut.

Sehubungan yudhi sangat menyukai musik, maka pada waktu di Pondok dia memanfaatkan fasilitas yang tersedia dengan cara menekuni berbagai macam aliran musik, yang antara lain aliran musik daerah seperti calung (kesenian khas sunda), aliran musik religi seperti nasyid, marawis, dan aliran musik band. Setelah dia mempelajarinya akhirnya dia pun mempunyai kesempatan untuk tampil. Maka pada setiap acara yang terselenggara di Pondok, yudhi selalu menampilkan diri dengan bermain musik. Akhirnya upaya itu membuahkan hasil yang baik bagi perkembangan diri yudhi yang condong untuk selalu tertutup, karakter yudhi mengalami perubahan yang awalnya tidak berani untuk megeluarkan pedapat, kini berubah menjadi berani. Yang awalnya susah untuk bergaul, kini menjadi mudah untuk bergaul. Dari semua karakter tertutup yang dimilikinya berubah menjadi diri yang terbuka tidak hanya untuk orang-orang tertentu saja, melainkan untuk semua orang.

Dengan melihat cerita di atas, jelaslah bahwa setiap orang memiliki kekurangan (kelemahan) ataupun kemampuan yang luar biasa yang tidak dapat diprediksi oleh siapa-pun melainkan oleh dirinya sendiri, oleh karena itu dibutuhkan pendekatan dan bimbingan yang intensif terhadap anak, agar ia mampu untuk menemukan apa yang terpendam dalam dirinya, dan yang lebih penting lagi yaitu kita harus mengetahui karakter anak terlebih dahulu, karena setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda.